Bung Karno |
Kata-Kata Bijak Mutiara : Bung Karno
Presiden pertama Republik Indonesia, S oekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai
Beriku ini kata-kata bijak mutiara dari Bung Karno bagian 2:
Beriku ini kata-kata bijak mutiara dari Bung Karno bagian 2:
- janganlah menganggap bahwa kita telah selesai dan cukup berjasa dengan segitiga warna. Selama masih ada rata tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucapkan syukur sebanyak-banyaknya keringat.
- Apa sajakah kelemahan diri kita? kelemahan kita adalah, kita kurangpercaya diri kita sebagai suatu bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita inii asalnya adalah gotong royong.
- Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini , jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya". (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
- Bangsa yang tidak percaya akan kemampuan dan kekuatan diri mereka sendiri sebagai satu kesatuan bangsa, tidak bisa berdiri dan merasa sebagai bangsa yang merdeka.
- Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan
- Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
- Jangan Sekali kali meninggalkan Sejarah !
- Belum pernah nama Indonesia ini begitu tingginya seperti Mercusuar daripada umat manusia di dunia ini (pidato Bung Karno 1964)
- Tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
- Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnya bang kit menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah terlalu merasakan celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara murka. Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu bergerak berkelegut-kelegut kalau merasakan sakit.
- Kita ingin mendirikan satu Negara "semua buat semua", bukan satu Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara "semua buat semua"
- Kita menderita penyakit doyan omong, menderita penyakit misbegrib van democratie (kesalahpahaman demokrasi). Kita mengira omong dan kritik itulah berarti demokrasi, dan bahwa makin banyak omong makin banyak kritik itulah makin berjalannya demokrasi. Padahal bukan itulah demokrasi. (Pidato Proklamasi 17 Agustus 1959)
------------------------------------------------------------
kumpulan puisi sahabat, puisi cinta, kisah hikmah, kata bijak, cerita inspiratif, Tutorial menulis, info lomba, galeri foto